Sahabat cendekia, dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad saw, rejeki, ajal,
dan nasib kita sudah ditetapkan Allah sejak zaman ajali, yaitu masa saat kita
masih dalam kandungan bunda. Hadits tersebut di riwayatkan oleh bukhoari,
sebagai berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ
هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنْبَأَنِي سُلَيْمَانُ
الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً
مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ بِرِزْقِهِ
وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ
يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا
غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ
ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلُهَا قَالَ آدَمُ إِلَّا ذِرَاعٌ
|
|
62.1/6105. Telah menceritakan
kepada kami Abul Walid, Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan
kepada kami Syu'bah telah memberitakan kepadaku Sulaiman Al A'masy
mengatakan, saya mendengar Zaid bin Wahab dari Abdullah
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam seorang yang jujur lagi di benarkan, bersabda: Sungguh salah seorang diantara kalian dihimpun dalam
perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah juga
seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti itu, kemudian
Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat hal, rejekinya,
ajalnya, sengsara ataukah bahagia, demi Allah, sungguh salah seorang diantara
kalian, atau sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan
penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta
atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya sehingga ia mengamalkan amalan
penghuni surga sehingga ia memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang
mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia
dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya
sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga ia memasukinya.
Sedang Adam mengatakan dengan redaksi 'kecuali tinggal sehasta'.
|
Dalam hadits tersebut, rejeki sudah ditetapkan Allah sejak kita masih
dalam kandungan ibunda. Sehingga ada dua pertanyaan pentingnya
1.
Untuk apa kita BERDO’A
memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa kita harus
berdo’a atau memohon kepadaNya.
2.
Mengapa juga kita harus
bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
Sebelum kita membahas masalah tersebut, mari kita memohon dan
berlindung kepada Allah supaya diberikan petunjuk jalan yang lurus.
Dengan lafadz bismillahirrohmanirrohiim, sahabat, mari kita mulai.
A.
Pertanyaan pertama, Untuk
apa kita BERDO’A memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa
kita harus berdo’a atau memohon kepadaNya.
Pertanyaan ini cukup penting dan
menarik untuk dibahas, mari kita bahas dengan hati-hati dan selalu memohon
ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.
1.
Jawaban pertama, hukum
berdoa itu sendiri. berdoa itu sendiri merupakan ibadah karena merupakan
perintah Allah kepada kita manusia, perhatikan ayat berikut :
Artinya è Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326]
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al Mu’min : 60)
2.
Lalu bagaimana jika
berdoanya adalah memohon rejeki?
berdoa memohon rejeki pernah dicontohkan beberapa Nabi. Hal
ini dapat kita lihat dalam ayat berikut ini :
Artinya è Isa putera Maryam
berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang
yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling
Utama." (QS. Al Maa’idah : 114).
Artinya è Maka Musa memberi
minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, ke- mudian dia kembali ke tempat
yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan
sesuatu kebaikan[1118] yang Engkau turunkan kepadaku."
(QS. Al Qashash : 24)
[1118]. Yang dimaksud dengan Khair (kebaikan)
dalam ayat ini menurut sebagian besar ahli Tafsir ialah barang sedikit
makanan.
3.
Lalu
apakah doa mempengaruhi besarnya rejeki yang kita terima?
Allah menjawab pertanyaan ini di dalam Al
Quran surat Asy Syuura ayat 27, sebagai berikut :
Artinya è Dan jikalau Allah
melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas
di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
(QS Asy syuura : 27)
Kesimpulan :
1.
Berdoa
adalah ibadah, maka berdoalah kepada Allah apa saja yang kita inginkan.
2.
Berdoa
memohon rejeki sudah dicontohkan beberapa Nabi, sehingga boleh saja kita berdoa
memohon rejeki.
3.
Doa
kita untuk kaya mungkin tidak langsung dikabulkan Allah, karena Allah
melapangkan rejeki sesuai kadarnya susuai kemampuan kita supaya tidak melampui
batas. Bertawakkalah atas rejeki yang diberikan kepada kita, karena Allah yang
lebih tahu yang kita butuhkan. Di sisi Allah sempit rejeki itu lebih baik dari
pada kaya tapi kita menggunakan kekayaan itu untuk bermaksiat kepada Allah.
B.
Pertanyaan kedua, Mengapa
kita harus bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
1.
Pertanyaan ini sama dengan
apakah kerja keras kita dapat membuat kita kaya? Dalam Al Quran surat Al Hadid ayat 22 dan 23, sebagai
berikut :
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri,
[1459]. Yang dimaksud dengan terlalu
gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan,
ketakaburan dan lupa kepada Allah.
Di dalam ayat
tersebut, dijelaskan bahwa terjadinya musibah didahului dengan ketetapan Allah,
termasuk kebangkrutan usaha kita, piutang macet, uang yang hilang, dirampok dan
lain sebagainya, juga merupakan musibah yang sudah ditetapkan Allah SWT.
Sehingga apapun upaya kita jika Allah sudah mengijinkan bangkrut, maka
bangkrutlah kita.
Jawaban pertama,
upaya kita hanya akan berhasil jika Allah yang mengijinkan, namun jika Allah
mengijinkan kita bangkrut maka bangkrutlah kita. Oleh sebab itu, jangan terlalu
senang jika berhasil sehingga menjadikan kita sombong karena keberhasilan kita
adalah atas kehendak Allah.
2.
Jawaban kedua adalah, dapat
dilihat dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 275, berikut :
Artinya è Orang-orang yang makan
(mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175].
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
MENGHALALKAN jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176]
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Dalam ayat di atas, Allah memberitahukan
adanya pekerjaan yang haram (riba) ada juga pekerjaan yang halal (jual beli).
Pilihlah bekerjaan yang halal. Dan hasilnya serahkan pada kehendak Allah. Ada
satu tambahan lagi yang terkait dengan hal ini,
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. 38.
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,
dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS An Nuur : 37-38)
Dalam bekerja, kita tidak boleh lalai atas
kewajiban-kewajiban kita kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang lebih
baik dari pada yang kita kerjakan.
3.
Jawaban
ketiga adalah jawaban paling penting. Perhatikan ayat berikut ini :
Artinya è (Siksaan) yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah
sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Anfaal : 53)
[621]. Allah tidak mencabut nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan
bersyukur kepada Allah.
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa nikmat yang
diberikan Allah tidak akan dirubah, namun manusia sendirilah yang merubahnya.
Contoh sederhana, Kita diijinkan Allah menerima gaji bulan
ini, gaji tersebut seharusnya cukup untuk nafkah anak dan istri, namun, kita
tertarik untuk membeli handphone baru yang sedang promo padahal kita sudah
punya, atau membeli minuman keras, dan bersenang-senang dengan teman, sehingga
nafkah untuk keluarga menjadi kurang. Tentu saja Allah tidak memberikan rejeki
kepada kita untuk membeli minuman keras, karena Allah sayang kepada kita, maka
Allah menginginkan kita masuk syurga.
Kesimpulan :
1.
Bekerja tidak menjadikan
kita kaya atau miskin, Allah lah yang menjadikan kita kaya atau miskin. Jadi,
bekerjalah karena Allah. Serahkan urusan rejeki kepada Allah.
2.
Bekerjalah, pilihlah
pekerjaan yang dihalalkan Allah, namun jangan karena bekerja kita lalai dengan
kewajiban kepada Allah.
3.
Allah yang Maha Peyayang
memberikan nikmat kepada kita, dan Allah tidak merubahnya, sampai kita sendiri
yang merubah nikmat menjadi kesusahan.
Semoga artikel ini memberikan manfaat kepada kita semua, hanya Allah
yang Maha Tahu dan Maha Benar. Besar harapan kami mendapat masukan dari sahabat
cendekia.
Dwi