Selasa, 15 Desember 2015

RIJKI SUDAH DI TETAPKAN, LALU MENGAPA KITA BERDOA DAN BEKERJA

Sahabat cendekia, dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad saw, rejeki, ajal, dan nasib kita sudah ditetapkan Allah sejak zaman ajali, yaitu masa saat kita masih dalam kandungan bunda. Hadits tersebut di riwayatkan oleh bukhoari, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنْبَأَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ بِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا قَالَ آدَمُ إِلَّا ذِرَاعٌ
 62.1/6105. Telah menceritakan kepada kami Abul Walid, Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah memberitakan kepadaku Sulaiman Al A'masy mengatakan, saya mendengar Zaid bin Wahab dari Abdullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang yang jujur lagi di benarkan, bersabda: Sungguh salah seorang diantara kalian dihimpun dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah juga seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti itu, kemudian Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat hal, rejekinya, ajalnya, sengsara ataukah bahagia, demi Allah, sungguh salah seorang diantara kalian, atau sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya sehingga ia mengamalkan amalan penghuni surga sehingga ia memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga ia memasukinya. Sedang Adam mengatakan dengan redaksi 'kecuali tinggal sehasta'.

Dalam hadits tersebut, rejeki sudah ditetapkan Allah sejak kita masih dalam kandungan ibunda. Sehingga ada dua pertanyaan pentingnya
1.       Untuk apa kita BERDO’A memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa kita harus berdo’a atau memohon kepadaNya.
2.       Mengapa juga kita harus bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
Sebelum kita membahas masalah tersebut, mari kita memohon dan berlindung kepada Allah supaya diberikan petunjuk jalan yang lurus.
Dengan lafadz bismillahirrohmanirrohiim, sahabat, mari kita mulai.

A.      Pertanyaan pertama, Untuk apa kita BERDO’A memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa kita harus berdo’a atau memohon kepadaNya.
Pertanyaan ini cukup penting dan menarik untuk dibahas, mari kita bahas dengan hati-hati dan selalu memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.
1.       Jawaban pertama, hukum berdoa itu sendiri. berdoa itu sendiri merupakan ibadah karena merupakan perintah Allah kepada kita manusia, perhatikan ayat berikut :
Artinya è Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al Mu’min : 60)
2.       Lalu bagaimana jika berdoanya adalah memohon rejeki?
berdoa memohon rejeki pernah dicontohkan beberapa Nabi. Hal ini dapat kita lihat dalam ayat berikut ini :
Artinya è Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." (QS. Al Maa’idah : 114).
Artinya è Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, ke- mudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan[1118] yang Engkau turunkan kepadaku." (QS. Al Qashash : 24)
[1118]. Yang dimaksud dengan Khair (kebaikan) dalam ayat ini menurut sebagian besar ahli Tafsir ialah barang sedikit makanan.
3.       Lalu apakah doa mempengaruhi besarnya rejeki yang kita terima?
Allah menjawab pertanyaan ini di dalam Al Quran surat Asy Syuura ayat 27, sebagai berikut :
Artinya è Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (QS Asy syuura : 27)

Kesimpulan :
1.       Berdoa adalah ibadah, maka berdoalah kepada Allah apa saja yang kita inginkan.
2.       Berdoa memohon rejeki sudah dicontohkan beberapa Nabi, sehingga boleh saja kita berdoa memohon rejeki.
3.       Doa kita untuk kaya mungkin tidak langsung dikabulkan Allah, karena Allah melapangkan rejeki sesuai kadarnya susuai kemampuan kita supaya tidak melampui batas. Bertawakkalah atas rejeki yang diberikan kepada kita, karena Allah yang lebih tahu yang kita butuhkan. Di sisi Allah sempit rejeki itu lebih baik dari pada kaya tapi kita menggunakan kekayaan itu untuk bermaksiat kepada Allah.

B.      Pertanyaan kedua, Mengapa kita harus bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
1.       Pertanyaan ini sama dengan apakah kerja keras kita dapat membuat kita kaya? Dalam Al  Quran surat Al Hadid ayat 22 dan 23, sebagai berikut :
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
[1459]. Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah.


Di dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa terjadinya musibah didahului dengan ketetapan Allah, termasuk kebangkrutan usaha kita, piutang macet, uang yang hilang, dirampok dan lain sebagainya, juga merupakan musibah yang sudah ditetapkan Allah SWT. Sehingga apapun upaya kita jika Allah sudah mengijinkan bangkrut, maka bangkrutlah kita.
Jawaban pertama, upaya kita hanya akan berhasil jika Allah yang mengijinkan, namun jika Allah mengijinkan kita bangkrut maka bangkrutlah kita. Oleh sebab itu, jangan terlalu senang jika berhasil sehingga menjadikan kita sombong karena keberhasilan kita adalah atas kehendak Allah.
2.       Jawaban kedua adalah, dapat dilihat dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 275, berikut :
Artinya è Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah MENGHALALKAN jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Dalam ayat di atas, Allah memberitahukan adanya pekerjaan yang haram (riba) ada juga pekerjaan yang halal (jual beli). Pilihlah bekerjaan yang halal. Dan hasilnya serahkan pada kehendak Allah. Ada satu tambahan lagi yang terkait dengan hal ini,

37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. 38. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS An Nuur : 37-38)
Dalam bekerja, kita tidak boleh lalai atas kewajiban-kewajiban kita kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang lebih baik dari pada yang kita kerjakan.

3.       Jawaban ketiga adalah jawaban paling penting. Perhatikan ayat berikut ini :
Artinya è (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Anfaal : 53)
[621]. Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa nikmat yang diberikan Allah tidak akan dirubah, namun manusia sendirilah yang merubahnya.
Contoh sederhana, Kita diijinkan Allah menerima gaji bulan ini, gaji tersebut seharusnya cukup untuk nafkah anak dan istri, namun, kita tertarik untuk membeli handphone baru yang sedang promo padahal kita sudah punya, atau membeli minuman keras, dan bersenang-senang dengan teman, sehingga nafkah untuk keluarga menjadi kurang. Tentu saja Allah tidak memberikan rejeki kepada kita untuk membeli minuman keras, karena Allah sayang kepada kita, maka Allah menginginkan kita masuk syurga.

Kesimpulan :
1.       Bekerja tidak menjadikan kita kaya atau miskin, Allah lah yang menjadikan kita kaya atau miskin. Jadi, bekerjalah karena Allah. Serahkan urusan rejeki kepada Allah.
2.       Bekerjalah, pilihlah pekerjaan yang dihalalkan Allah, namun jangan karena bekerja kita lalai dengan kewajiban kepada Allah.
3.       Allah yang Maha Peyayang memberikan nikmat kepada kita, dan Allah tidak merubahnya, sampai kita sendiri yang merubah nikmat menjadi kesusahan.

Semoga artikel ini memberikan manfaat kepada kita semua, hanya Allah yang Maha Tahu dan Maha Benar. Besar harapan kami mendapat masukan dari sahabat cendekia.


Dwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar